Minggu, 21 November 2010

Memang Amerika udah gak jaman

1997, terinspirasi gaya komunikasi struktural yang dikembangkan di Jerman, mendaftarlah aku di Goethe Institut - Bandung.Berbekal Rp 280ribu per kwartal, sertifikat internasional untuk Bahasa Jerman tingkat dasar, plus bonus dapat pacar teman sekelas :), berangan-anganlah aku bahwa suatu saat aku akan ke Jerman.

Dan, 13 tahun kemudian Gusti Allah memberiku ijin untuk menginjakan kakiku di Jerman. Koln & Frankfurt. 25 Oktober 2010.

Oktober Fest memang telah lewat. Gpp juga sih, kan bisa ada alasan untuk suatu saat kembali lagi.

Menginap di pinggiran Frankfurt, NH Hotel, butuh waktu sekitar setengah jam dan 40 Euro dengan naik taksi menuju pusat kota. Ternyata lebih mudah mencari hiburan malam di Jakarta daripada di Frankfurt. Yang tersedia lewat jam 10 malam adalah bar dan restoran, kasino, serta wisata sex. Tujuan sebenarnya adalah ke Hard Rock Cafe. Berbekal alamat yang rinci serta GPS Sang Supir Taksi yang orang Timur Tengah, sampailah kami di alamat yang benar. Ternyata? Hard Rock Cafe Frankfurt tutup!

Apa gerangan ini? Ternyata wujud kebangkrutan Amerika terasa hingga Eropa. Warga Frankfurt sudah gak ada perlu-perlunya lagi untuk tetap memiliki gerai makan khas Amerika tersebut. Akhirnya, berlabuhlah kami di sebuah bar kecil di pusat kota sambil menikmati kebab (sangat Asia) dan tentu saja bir.

Mana kala hari terakhirku di Frankfurt keesokannya, tentu saja tak bisa dilewatkan the real Frankfurter (yang katanya ada babinya) dan lagi-lagi bir. Hehehe, gpp lah sekali-kali. Mumpung di kampung asalnya ya nikmati yang khas daerah situ :).